"Sebetulnya kalau boleh jujur, PON tahun ini merupakan kejuaraan yang rasanya paling grogi saya rasain, mau pingsan rasanya," kata Rio, di Mimika, Selasa.
Perasaan yang dirasakan Rio bukan tanpa alasan. Menurutnya apa yang terjadi saat ini merupakan imbas dari dua tahun terakhir tidak ada kejuaraan dan hanya menjalani latihan secara mandiri sebelum kejuaraan.
"Karena dua tahun tanpa kejuaraan, dua tahun tanpa pelatih istilahnya. Habis itu, saya latihan di luar tim. Istilahnya saya atlet yang liar," katanya menambahkan.
Baca juga: Rio Maholtra raih emas 110 meter gawang putra PON Papua
Baca juga: Round up - Atletik dimulai, persaingan medali PON Papua makin memanas
Meski demikian, Rio yang juga anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu mengaku puas karena berhasil menggondol medali emas nomor 110 meter gawang putra.
Rio yang ditarget emas oleh provinsinya mengaku senang dengan capaiannya. Tak lupa, Rio bersyukur kepada Tuhan, dan berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukungnya, terutama keluarga dan Pemerintah Provinsi Sumsel.
"Akhirnya saya bisa menuntaskan tugas. Target emas oleh provinsi sudah tuntaskan hari ini. Alhamdulillah," katanya menegaskan.
Di PON Papua, pria kelahiran Lahat, Sumsel, 28 Desember 1993 itu mencatatkan waktu 14,11 detik, atau memecahkan rekor PON atas nama Edi Zakaria yang dicetak pada 2004 dengan waktu 14,16 detik.
Namun, untuk rekor nasional masih dipegang oleh Rio sendiri dengan catatan waktu 14,02 detik yang dicetaknya pada semifinal Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Baca juga: DKI Jakarta masih nyaman memimpin klasemen medali
Baca juga: Odekta Elvina tak terbendung raih emas 5.000 meter putri
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bayu Kuncahyo
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).