ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Sponsori Liga 1, Dirut BRI analogikan sepak bola seperti organisasi

Sponsori Liga 1, Dirut BRI analogikan sepak bola seperti organisasi

12 September 2021 16:12 WIB
Sponsori Liga 1, Dirut BRI analogikan sepak bola seperti organisasi
Direktur Utama BRI, Sunarso saat menghadiri pembukaan BRI Liga 1 Sepakbola. (ANTARA/HO-Humas BRI)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menganalogikan industri sepak bola nasional seperti miniatur organisasi yang bisa menggerakkan kinerja perekonomian nasional, sehingga perseroan tertarik untuk menjadi sponsor pada perhelatan BRI Liga 1 2021.

"Sebagai perusahaan BUMN, BRI terus menciptakan value, baik economic value maupun social value kepada seluruh stakeholders, utamanya kepada masyarakat. Dengan menjadi sponsor utama Liga 1, BRI mewujudkan komitmen tersebut, bahwa keberadaan BRI memberikan makna bagi masyarakat Indonesia," kata Sunarso dalam pernyataan di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, saat ini sepak bola bukan sekadar olah raga dan hiburan masyarakat karena sepak bola merupakan seni manajerial untuk meraih tujuan bersama yaitu kemenangan dan menjadi juara.

Sunarso bahkan menuturkan, dirinya sudah tertarik dengan sepak bola sejak sejak kecil. Hobinya itu ternyata berlanjut hingga sekarang, meski saat ini sudah meraih kesuksesan sebagai orang nomor satu di bank terbesar di Tanah Air.

Baca juga: Bank BRI resmi jadi sponsor utama Liga 1 Musim 2021-2022

Ia memastikan sepak bola bukan hanya sekedar hobi, karena dirinya tak segan membawa filosofi sepak bola, meski saat ini memimpin perusahaan besar. Di bawah kepemimpinannya, BRI bahkan mampu melalui tantangan yang sifatnya global atas krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Menurut Sunarso, sepak bola adalah miniatur dari sesuatu yang besar atau simplifikasi dari sesuatu yang kompleks, yaitu sebagai organisasi.

Dalam bermain sepak bola, tambah dia, 11 orang pada satu tim harus terorganisir dengan baik yang tujuannya untuk menciptakan Gol (tujuan). Hal serupa juga terjadi pada organisasi yang memiliki goal (tujuan) yang ingin dicapai bersama.

"Baik dalam sepak bola ataupun organisasi yang profit oriented seperti BRI, juga terdapat kerja sama, hingga mekanisme pengambilan keputusan agar bisa menciptakan hasil. Itu (sepak bola) menurut saya baik untuk saya jadikan modelling untuk melakukan strategi di organisasi," tuturnya.

Baca juga: BRI antusias sambut bergulirnya kembali Liga 1
 
Ilustrasi - BRI sebagai sponsor Liga 1 Sepakbola (ANTARA/HO-Humas BRI)


Sebagai CEO, Sunarso ikut menyinggung strategic management dalam dunia sepak bola maupun dalam korporasi besar seperti BRI, yang berkaca dari visi Jepang yang ingin menjadi juara dunia sepak bola pada 2050.

Untuk itu, jika pemain sepak bola berada pada masa produktifnya pada usia 25 tahun, artinya pemain-pemain yang dirancang untuk menjadi juara dunia tersebut saat ini belum dilahirkan.

Dari contoh itu, menurut Sunarso, menjadi juara dunia memerlukan visi yang harus dibangun dan dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Pembangunan dan persiapan dalam menggapai visi juara tersebut, lanjut dia, akan terkait dengan proses pembentukan fisik, karakter, keterampilan, hingga tingkat kecerdasan pemain.

Hal serupa juga harus dimiliki perusahaan besar seperti BRI, sehingga manajemen saat ini harus merancang visi atau road map sematang mungkin untuk menentukan keberlanjutan dan meraih keberhasilan di masa depan.

Sunarso mengambil contoh lain yang terjadi di dunia sepak bola dan bisa diaplikasikan dalam perseroan, berkaca dari persaingan dua klub sepakbola besar di La Liga Spanyol, Real Madrid dan Barcelona.

Pada musim 2003-2005, Real Madrid, memiliki tiga gelandang hebat dunia saat itu yaitu David Beckham, Luis Figo dan Zinedine Zidane. Namun, hal itu tak menjamin Real Madrid menjadi juara liga. Pada waktu itu, Los Blancos hanya menjuarai Piala Super Spanyol.

Sedangkan musuh abadinya, Barcelona, selama 2003-2005, mengoleksi satu gelar Liga Spanyol sebagai kompetisi kasta tertinggi, dan menjuarai Piala Super Spanyol pada musim 2004-2005 berkekuatan para pemain binaan dari La Masia.

"Barcelona kenapa hebat pada saat itu? Dia konsisten untuk mendidik pemainnya, membangun timnya sejak dari masih muda. Saya bisa tarik kesimpulan, sebenarnya adalah tim yang hebat itu bukan dibeli meskipun kita mampu beli, tim yang hebat itu memang harus dibangun dan dipersiapkan. Dan Barcelona punya tradisi untuk membangun tim seperti itu," kata Sunarso.

Baca juga: Erick Thohir sebut BRI Liga 1 penggerak roda perekonomian masyarakat

Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Sumber: ANTARA