Peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000 dan Juara Dunia 1997, itu menuturkan bahwa PON XX di Papua bukan hanya ajang olahraga tetapi menjadi wadah semangat kesatuan dan persatuan.
Baca juga: Satgas telusuri atlet terpapar COVID-19 di PON Papua
“Ini menjadi daya tarik dan kebanggaan kita bersama. Juga sekaligus menjadi semangat kesatuan dan persatuan kita bersama untuk mengangkat nasionalisme kita semua sebagai bangsa Indonesia. Sangat bagus sekali, PON kali ini sangat berbeda sekali," kata Candra di Media Center Jakarta untuk PON XX Papua, Jakarta Covention Center (JCC) Senayan, Rabu.
Mantan atlet bulutangkis nomor ganda putra itu menyebutkan gelaran PON menjadi wadah bagi olahragawan daerah, sebelum nantinya akan jadi atlet nasional Indonesia.
Lebih lanjut, dia menuturkan para atlet tidak menonjolkan gengsi daerah, melainkan berusaha untuk mengedepankan prestasi saat berlaga di level nasional, seperti PON.
“Hanya mungkin saya berharap gengsi daerah jangan itu yang terlalu ditonjolkan. Saya memandang lebih bagus mengedepankan prestasi, ketimbang gengsi daerah karena itu konotasinya akan kurang baik untuk perkembangan prestasi olahraga Indonesia,” tutur dia.
Baca juga: Menpora pastikan PON Papua tak ada gangguan
Di sisi lain, dia meminta panitia mestinya tidak membatasi umur atlet yang bertanding pada cabang olahraga bulutangkis, melainkan pembatasan dapat dilakukan dengan melihat peringkat dari atlet tersebut.
“Mungkin bisa dibatasi pebulutangkis yang masuk 20 besar peringkat dunia tidak boleh main di PON. Sebab pemain yang masuk peringkat tersebut lebih bagus untuk konsentrasi ke level lebih tinggi,” ungkap pria bernama lengkap Rafael Candra Wijaya itu.
Diketahui, pada PON kali ini, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) membatasi usia atlet yang berlaga, yakni 20 tahun, atau maksimal berusia 21 tahun karena PON XX mengalami pergeseran yang awalnya pada 2020 lalu.
Baca juga: Menpora sebut PON Papua jadi ajang "talent scouting" atlet
Pewarta: Sihol Mulatua Hasugian
Editor: Taufik Ridwan
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).