ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Pakar: Perlu gencarkan 3T di Papua untuk cegah penularan COVID-19

Pakar: Perlu gencarkan 3T di Papua untuk cegah penularan COVID-19

7 Oktober 2021 09:19 WIB
Pakar: Perlu gencarkan 3T di Papua untuk cegah penularan COVID-19
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 ke warga di Masjid Raya, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (25/9/2021) sebagai upaya program vaksinasi di Papua dengan target 70 persen warga telah divaksin jelang PON Papua. ANTARA FOTO/Indrayadi TH/aww.
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan pemerintah perlu menggencarkan 3T (testing, tracing, treatment) untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19 di Papua.

“Kalau waktu datang para atlet semua PCR negatif, maka artinya mereka tertular di Papua. Jadi 3T harus digiatkan di Papua untuk dapat situasi epidemiologi yang tepat,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Tjandra menuturkan hal tersebut perlu dilakukan, setelah 29 atlet yang hadir pada acara Pekan Olah Raga Nasional XX (PON) dinyatakan positif COVID-19 dan beberapa atlet tersebut memiliki CT value yang rendah. Sehingga semua perlu diperiksa dengan whole genome sequencing (pengurutan keseluruhan genom).

Menurut Tjandra, telusur harus dilakukan pada semua pihak yang telah melakukan kontak dengan 29 atlet tersebut. Penelusuran itu meliputi sesama atlet, petugas hotel hingga masyarakat setempat yang memiliki kemungkinan melakukan kontak pada atlet yang positif.

“Telusur harus dilakukan pada semua yang kontak dengan 29 orang ini, kalau targetnya dari seorang diperiksa sedikitnya 15 kontak maka setidaknya harus diperiksa 450 orang. Kalau dulu pernah ditargetkan periksa 30 kontak maka artinya yang harus diperiksa 900 orang, termasuk masyarakat setempat yang mungkin kontak juga,” tegas Tjandra.

Baca juga: Tujuh atlet terpapar COVID-19 isolasi di RSUD Mimika
Baca juga: 29 kasus COVID-19 ditemukan di empat klaster PON XX Papua


Lebih lanjut dia menyarankan kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan mulai dari penonton acara olah raga tersebut sampai pertandingan olah raga yang diselenggarakan.

Selain melakukan penelusuran dan peningkatan protokol kesehatan, Tjandra menyebutkan surveilans harus lebih digiatkan agar didapatkan tren yang baik dan surveilans perlu dikaitkan dengan tiga hal yakni lokasi, jenis olahraga yang ada serta karakteristik penonton di lokasi tersebut.

Ia meminta agar pemerintah dan pihak penyelenggara acara tidak hanya mengikuti panduan yang dalam waktu sekian hari atlet dapat bebas dari isolasi atau karantina. Namun, atlet yang saat ini sedang menderita positif COVID-19 perlu ditangani hingga hasil tes menunjukkan negatif.

Terakhir, Tjandra juga meminta apabila atlet-atlet itu kembali ke daerah asal, tetap perlu dilakukan pengawasan termasuk pada keluarga atlet yang memiliki kemungkinan melakukan kontak erat.

“Kalau atlet nanti pulang ke daerahnya masing-masing, maka masih perlu dalam pengawasan. Akan baik juga kalau keluarganya diawasi karena kemungkinan kontak (erat),” ucap Tjandra.

Baca juga: Dinkes Mimika acu Kemenpora dalam antisipasi COVID-19 di PON Papua
Baca juga: Satgas telusuri atlet terpapar COVID-19 di PON Papua
Baca juga: Temuan kasus COVID-19 dan protap penanganan di PON Papua


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Sumber: ANTARA