Lumayan jauh jaraknya dari pusat kota Jayapura, sudah begitu tak ada jalur darat untuk mencapai sana, karena letaknya berada di tengah-tengah Danau Sentani.
Satu-satunya cara mencapai Kampung Kameyakha adalah dengan menggunakan perahu motor yang ada di Dermaga Yahim yang berjarak sekitar 10 km dari Sentani yang merupakan ibu kota Kabupaten Jayapura.
Dari kendaraan roda empat, perjalanan dilanjutkan dengan berperahu. Sepanjang melintasi Danau Sentani, kami memahami mengapa Papua disebut surga kecil yang jatuh ke bumi.
Hamparan danau seluas 9.360 hektar yang dikelilingi perbukitan hijau sungguh memanjakan mata. Betapa indah dan sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Tak terasa sekitar 25 menit sudah, kami pun tiba di sebuah dermaga kecil.
Senyum manis khas orang Papua menyambut hangat. Anak-anak kecil riang bermain di sebuah lapangan yang luasnya sekitar dua kali lapangan voli.
Langkah kaki kemudian mengantarkan ke lokasi yang dituju, sebuah rumah panggung berlapis kayu berwarna hijau menyala.
Baca juga: Papua boyong dua emas dari cabang dayung PON Papua
Beragam piagam penghargaan menghias dinding kayu rumah ini. Ada pula puluhan medali tersimpan rapi dalam lemari.
Pemiliknya adalah seorang atlet dayung kebanggaan Papua dan Indonesia. Namanya Stevani Maysche Ibo.
Tujuan kami bukan untuk bertemu Stevani karena dia masih berada di lokasi lomba dayung Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
Kami mengunjungi rumah dan kampungnya demi mengetahui lebih jauh perjalanan karier Stevani dari Kampung Kameyakha hingga menjadi kebanggaan Bumi Cenderawasih dan Merah Putih.
Kami pun bertemu untuk kemudian berbincang langsung dengan kedua orang tuanya, Sostenes Ibo dan Hortensi Ohee.
Di bawah perahu kano penuh sejarah yang tersimpan di langit-langit ruang kumpul keluarga, sang ayah, Sostenes Ibo, mulai bercerita tentang masa kecil Stevani.
Sama dengan anak pada umumnya, Stevani kecil adalah anak periang. Namun sang ayah melihat Stevani memiliki kelebihan lain.
Sostenes mengenang Stevani kecil kerap menemaninya mencari kayu bakar di hutan. "Dia sedikit tomboi. Semua pekerjaan laki-laki, dia bisa kerjakan" kata Sostenes diiringi tawa.
Ibunya, Hortensi, menimpali. Dia menyebut Stevani anak perempuan yang bertanggung jawab dan sangat mencintai keluarga dan kampung halamannya.
"Ketika papanya sakit, dia pulang dan bilang baru kembali ke Pelatnas ketika papa sudah sembuh," kata Hortensi.
Baca juga: Papua tambah satu emas dari cabang dayung PON Papua
Cerita Sostenes dan Hortensi berlanjut ke awal Stevani mengenal olahraga dayung.
Ketertarikan Stevani muncul saat menyaksikan atlet-atlet dayung Papua berlatih di Danau Sentani. Ketika itu, usianya baru 15 tahun.
Kemudian, sambung Sostenes, keinginan dan tekad anaknya menjadi atlet semakin terlihat dengan latihan yang dilakukan mandiri.
Dia mendapat bekal dan arahan dari pamannya, Rudolf Ohee, yang juga pelatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Papua.
Memanfaatkan luasnya Danau Sentani, Stevani berlatih keras. Satu tahun kemudian kerja kerasnya membuahkan hasil ketika lolos seleksi PPLP Papua.
Pelan tapi pasti, potensi Stevani mulai terlihat. Pundi-pundi medali dari berbagai ajang satu per satu diraihnya, antara lain dari pra-PON Jawa barat pada 2015.
Kemudian sepak terjangnya makin diperhitungkan ketika sukses membawa pulang dua emas dan satu perak dalam PON Jawa Barat 2016.
Dua emas berhasil diraih Stevani dari nomor kano K-2 500 m putri bersama Yoky Helmin Enthong dan perahu naga 12 kru 250 m putri.
Sementara perak diraih pada nomor 12 kru 500 meter putri. Selain untuk Papua, Stevani juga membanggakan Merah Putih.
Ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Stevani andil menyumbang perak dalam nomor perahu tradisional.
Pretasinya makin bersinar saat menyumbangkan dua emas dan perak dalam SEA Games 2019 di Filipina.
Dua emas masing-masing diraih pada nomor traditional boat racing 22-seaters 500m dan 1000m campuran, sedangkan medali perak diraih pada 4-seaters 200m putri.
"Semua pencapaian itu berkat kerja kerasnya. Dia tinggal di pelatnas sekarang, ketika pulang ke rumah dia tetap berlatih. Tak ada hari tanpa latihan," kata Sostenes menggambarkan kegigihan Stevani.
Baca juga: Atlet dayung Vany Ibo bangga PON digelar di Papua
Kebanggaan Papua
Dengan prestasi membanggakan tersebut, Stevani tak hanya membanggakan keluarga, tetapi seluruh Kampung Kameyakha dan juga masyarakat Papua pada umumnya.
Sostenes mengungkapkan di mata keluarga, Stevani adalah harapan. "Dia anak kedua dari sembilan bersaudara dan saya memiliki keyakinan dia punya masa depan dayung," kata Sostenes.
"Ketika dia menang dan ada bonus, tak hanya kami yang merasakan. Dia membagi ke warga di sini dan gereja-gereja," kata Sostenes, penuh haru sekaligus bangga.
Dari hasil kerja kerasnya, menurut Sostenes, Stevani telah memberikan banyak hal dan menjadi tulang punggung keluarga. Terpenting, dia orang yang murah hati.
"Dia membelikan kami perahu, motor, dan mobil yang kami simpan di Sentani. Dia tak pernah lupa dengan kampung halamannya," kata Sostenes.
Mama Hortensi yang membuatkan kami teh manis hangat pun mengaku pernah diajak Stevani ke tempat berlatih di Waduk Jatiluhur, Purwarkarta, Jawa Barat.
"Saya sudah pernah melihat tempat latihan Stevani di Jatiluhur. Dia menyediakan kami tempat tinggal di sana," kata Hortensi.
Baca juga: Dayung PON XX diikuti 22 provinsi, rebutkan 40 medali
PON Papua
PON Papua masih bergulir. Sostenes berharap pesta olahraga terbesar di Indonesia ini turut mempengaruhi prestasi olahraga Bumi Cenderawasih.
Dia berharap minat dan ketertarikan masyarakat Papua kepada prestasi olahraga makin meningkat.
Masyarakat Papua sendiri terlihat dilanda euforie manakala Stevani berhasil menyumbang dua emas untuk tuan rumah, masing-masing dari dayung canoeing nomor K-1.500m putri dan K-1.200m putri.
Sang ayah berharap prestasi buah hatinya tersebut dapat terus meningkat dan membanggakan Papua melalui olahraga dayung.
Lebih dari itu momentum PON Papua juga bisa menjadi pembangkit motivasi atlet lainnya untuk bisa berprestasi.
Selain Stevani, Sostenes dan Hortensi juga memiliki buah hati lainnya yang mengikuti jejak Stevani.
Dia adalah Gat Stenli Rein Ibo, anak kelima mereka yang juga mengikuti PON Papua guna mengharumkan nama Papua.
Sostenes berharap sang adik juga bisa berprestasi dan membanggakan Papua pada pentas internasional.
"Semoga banyak lagi atlet-atlet Papua yang lahir dan berprestasi," pungkas Sostenes.
Setelah berbincang panjang dengan orangtua Stevani, kami pun pulang dengan perahu motor sekaligus menikmati indahnya matahari terbenam di Danau Sentani.
Tak lupa, kami turut membawa sekantung ikan mujair pemberian warga Kampung Kameyakha yang ramah dan bersahaja.
Baca juga: Peraih emas dayung PON Papua masih didominasi atlet pelatnas
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Jafar M Sidik
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).