Es krim sagu itu dijajakan di Pusat Oleh-Oleh Galeri Kreatif Kehutanan Papua yang berada di bawah naungan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua.
“Ini merupakan hasil binaan kami (Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua), kami membina mereka untuk memanfaatkan hasil tani sagu yang banyak di daerah kami. Produk turunan sagu sebenarnya masih minim sehingga kami mengajak masyarakat untuk membentuk produk turunan sagu, salah satunya ya es krim sagu ini,” kata Kepala Koperasi Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua Aristoteles Ap saat ditemui Antara.
UMKM mama Magdalena Toto yang terdiri atas empat orang anggota, bersama-sama dibina dan dilatih oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua untuk membuat es krim sagu itu.
Pelatihan dan pembinaan dilakukan agar es krim sagu yang dijual bisa dibuat secara higienis, memiliki rasa nikmat, pengemasan menarik, dan akhirnya bisa dijual dan bersaing dengan produk pabrikan.
Selama PON XX Papua berlangsung, es krim sagu menjadi salah satu produk kuliner yang diburu oleh kontingen baik atlet maupun ofisial dari luar Papua sebagai jajanan khas di Bumi Cendrawasih.
Bahkan kontingen dari Lampung berulang kali memesan es krim sagu karena merasakan olahan sagu itu bercitarasa unik namun enak.
Ada enam varian rasa es krim sagu yang dihadirkan di Galeri Kreatif Kehutanan Papua yaitu rasa coklat, mangga, buah naga, kopi, matoa, dan buah merah.
Dari keenam rasa itu, rasa matoa dan buah merah menjadi ciri khas karena menggunakan bahan baku yang hanya ada di Papua.
Untuk rasa matoa, pada saat anda mencobanya anda akan merasakan sensasi seperti memakan buah kelapa muda, rasanya manis dan juga menyegarkan.
Sementara untuk anda yang masuk dalam golongan pecinta taro, anda perlu mencoba es krim sagu buah merah yang manisnya terasa seperti ubi atau talas.
Jika anda berada di Kota Jayapura dan tertarik mencobanya, maka anda bisa langsung datang ke Galeri Kreatif Kehutanan Papua yang berada di Jalan Raya Abepura untuk langsung menjajal es krim sagu yang dibanderol dengan harga bersahabat Rp15.000 per gelasnya.
“Dengan membeli produk ini, tentu mama mama bisa terbantu secara ekonominya dan juga mempromosikan produk hasil hutan bukan kayu di Papua ini,” tutup Aris.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Fitri Supratiwi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).