"Saya kurang optimis mendapat medali emas ini karena ada cedera juga. Tapi karena terus didukung, dirangkul, disemangati alhamdulillah dapat," kata Willy.
Willy meraih medali emas setelah mencatatkan total angkatan 875kg dari babak squat 365kg, bench press 230kg dan dead lift 280kg, demikian catatan resmi panitia PON XX Papua.
Sementara perebutan medali perak dan perunggu sempat diwarnai insiden setelah muncul total angkatan yang sama diraih lifter Jambi Abdul Latif Mana, lifter asal Kalimantan Timur Andi Kurniawan dan Tatang Hidayat mewakili tuan rumah. Mereka sama-sama mengumpulkan total angkatan 840kg.
Baca juga: Gara-gara selisih bobot badan, atlet tuan rumah angkat berat mengamuk
Baca juga: Maria Magdalena sumbang Jabar dengan emas angkat berat PON Papua
Total angkatan Abdul Latif Mana dikumpulkan dari babak squat 330kg, bench press 230kg dan dead lift 280kg. Sementara Andi Kurniawan mengumpulkan total angkatan dari babak squat 340kg, bench press 210kg dan dead lift 290kg.
Insiden terjadi saat lifter tuan rumah Tatang mengamuk sebab total angkatan yang diraih dari babak squat 330kg, bench press 230kg dan dead lift 280kg tidak mencatatkan namanya sebagai peraih perak maupun perunggu.
Situasi itu terjadi sebab wasit akhirnya menetapkan pemenang berdasarkan selisih bobot tubuh. Medali perak pun jatuh ke tangan Abdul Latif Mana dengan berat badan 88,70kg, sementara hak atas perunggu didapat Andi Kurniawan dengan bobot badan 90,85kg.
Selisih berat badan 0,5kg dari peraih perunggu jadi kenyataan pahit yang harus diterima Tatang. Ia bersama Sulthon Mahmudi (Jawa Timur), Andarias Mandowen (Papua Barat) dan Christo Fernando (Papua) gagal menyabet gelar medali angkat berat.
Baca juga: Aneu Veronika raih emas angkat berat PON Papua untuk Jabar
Baca juga: Lifter Asia berebut emas angkat berat 72kg putri PON Papua
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bayu Kuncahyo
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).