RRI

Di Dalam Noken Ada Kehidupan

14 Oktober 2021 18:15 WIB
Di Dalam Noken Ada Kehidupan

KBRN, Jayapura:  Perempuan paruh baya ini butuh waktu lebih dari satu hari untuk bisa tiba di Jayapura. Bukan untuk menonton atlet berlaga, melainkan menjajakan noken buatannya pada acara Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021.

Sambil duduk bersila, jari jemarinya cekatan menari menganyam gulungan tali dari kulit kayu perahu, yang dikirimkan anaknya dengan paket dari kampungya di Kepulauan Yapen, Serui.

"Dari sana saya datang untuk anyam-anyaman tali Noken khusus untuk PON," kata mama Mbepmrusi.

Sambil menganyam tali Noken, perempuan paruh baya ini bercerita, kalau dirinya menempuh perjalanan selama dua hari dua malam untuk sampai di Jayapura dari Serui.

Seekedar informasi, daerah mama Mbepmrusi tinggal adalah di kepulauan Yapen yang bertetangga dengan Biak Papua.

"Mama sendirian naik kapal Perintis, bahan-bahan ini dikirimkan anak-anak mama dari Serui. Mama tinggal ambil saja di Arso Jayapura sana," tambah mama.

Mama-mama pengrajin Noken ini, kami temui di stand Museum Noken di depan Stadion Lukas Enembe Abepura di Jayapura, stadion termegah di kawasan Pasific, Rabu (13/10/2021).

Di stand 'dadakan' ini, beragam Noken dipajang dan dijual kepada pengunjung.

Pihak museum juga menyediakan ruangan didalam gedung yang ada di belakang stand dipinggir jalan itu untuk mama mama menganyam tali Noken.

Untuk mendekat dengan PON, Museum Noken membuat stand di depan Stadion Lukas Enembe.

Museum Noken itu sendiri berlokasi di kawasan Expo Weina di kota Jayapura yang jaraknya tidak jauh dari stadion.

Di era Presiden Yudhoyono, setahun setelah penetapan Noken sebagai warisan budaya dunia, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung museum Noken oleh M Nuh yang kala itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Gedung Noken baru difungsikan sekira 7 tahun setelahnya "dibentuk pada tahun 2020 tepatnya bulan Agustus," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Museum Noken, Erik Ohee.

Museum Nokean difungsikan untuk mengembangkan dan mendidik masyarakat terhadap pelesatarian tas rajut masyarakat Papua.

Noken atau tas rajutan khas Papua diakui sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda (intangible heritage) dalam Sidang UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) di Paris, Prancis, tanggal 4 Desember 2012 lalu. 

Noken adalah kantong atau tas yang dirajut dari kulit kayu, bunga anggrek, dan ada juga yang terbuat dari tali rami. 

"Untuk wilayah pesisir Papua, noken berupa anyaman daun pandan." kata Hari Suroto.

Hari yang seorang peneliti senior pada Balai Arkeologi Papua mengatakan "Noken biasanya dipakai dengan cara disangkutkan di bagian kepala yang mengarah ke bagian punggung dan dada perempuan Papua."

Sehari-hari, masyarakat Papua menggunakan Noken untuk kebutuhan membawa barang dagangan seperti buah, sayur, dan umbi-umbian ke pasar, atau sebaliknya yakni untuk berbelanja.

Bagi masyarakat pedalaman Papua, noken biasanya juga digunakan untuk membawa bayi, anak babi, ubi, sayur, dan pakaian. Sedangkan bagi intelektual Papua, noken digunakan untuk menyimpan buku atau membawa notebook ke kampus. 

Noken juga dipakai saat menghadiri pesta, baik pesta kelahiran, pesta pernikahan, pesta kematian, maupun pesta-pesta adat lainnya.

"Bagi suku Dani yang bermukim di pegunungan tengah Papua, noken dijadikan sebagai alat tukar. Noken dengan jumlah tertentu dapat ditukar dengan seekor babi,"ujar Hari.

Nilai Filosofi Noken

Noken menjadi spesial karena nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Noken yang merupakan tas tradisional asli buatan mama-mama (ibu-ibu) Papua ini merupakan simbol dari kesuburan dan perdamaian bagi masyarakat Papua. 

Perempuan yang sudah bisa membuat noken dianggap sudah dewasa, sedangkan yang belum bisa membuat noken dianggap sebaliknya. 

"Dulu mama mulai bikin Noken masih gadis. Dulu yang belum bisa bikin Noken tidak boleh nikah," kata Mama Mbepmrusi.

"Tapi sekarang tidak, dia orang kawin sembarang...," tambah Mama Mbepmrusi sambil tertawa malu.

Noken oleh mempelai perempuan suku Dani pada pesta pernikahannya.

Pembuatan noken sendiri dianggap sulit dan memakan proses yang panjang karena tas ini tidak menggunakan bahan tekstil apapun, hanya memanfaatkan serat tanaman. 

Tanaman yang bagus menghasilkan serat yaitu melinjo yang punya nama latin Gnetum gnemon, mahkota dewa dan anggrek.

Di Papua ada beberapa jenis Noken terutama untuk wilayah pesisir seperti Biak, Serui sampai Nabire, Nokennya lebih kepada Noken anyaman.

"Kalau di daerah pegunungan adalah Noken rajut,"jelas Hari.

Noken yang dilapisi anggrek emas adalah yang terbaik "bulir beras pun tidak akan lolos jika dimasukkan dalam noken anggrek emas," tambahnya.

Para pengrajin seperti mama Mbepmusri memproses serat pohon yang mereka peroleh dengan cara kulit kayunya dipukul-pukul menggunakan kayu, kemudian diangin-anginkan hingga kering, lalu dipintal dan dirajut.

Balai arkeologi Papua dalam penelitiannya menemukan pewarnaan Noken dengan memanfaatkan bahan alami. 

Tapi karena jauh dari kota, Mama Mbepmrusi menggunakan wantek untuk mewarnai.

Suku Yali kata Hari, menggunakan pewarna alami dari ekstrak buah Pittosporum pullifolium dan Melastoma polyanthum untuk pewarna ungu/hitam, warna hijau dari daun Phaius tankervilleae, Calanth spp. dan Spathoglottis spp., warna oranye berasal dari buah Gardenia lamingtonii, dan warna kuning dari rimpang Curcuma domestica. 

Menurut Hari Suroto "selain pewarna alami, noken dari beberapa suku dihiasi aksesori tambahan berupa biji-biji keras dan berwarna kontras dari tumbuhan tertentu"

Selain pemanfaatan bahan dari tumbuhan, penggunaan hewan-hewan sebagai bahan baku maupun aksesoris noken kerap dijumpai. 

Noken Sangat Ramah Lingkungan

Noken tetap eksis selama pengetahuan membuat noken masih dilestarikan yaitu dengan diwariskan ke generasi muda. Selain itu noken sangat ramah lingkungan, dengan menggunakan noken, akan mengurangi penggunaan kantung plastik. 

Perlu kampanye gerakan menggunakan noken dan mengurangi penggunaan kantung plastik. Noken memiliki potensi sebagai produk ekonomi kreatif, apabila dikelola dengan baik dapat mengangkat perekonomian masyarakat Papua. 

Seperti dalam momen momen festival budaya atau Pekan Olah Raga Nasional sekarang ini, membeli noken berarti membantu kesejahteraan mama-mama Papua pembuat noken.

Pewarta: Budi Prihantoro
Editor: Tegar Haniv Alviandita
Sumber: RRI