Menurut dia, PON Papua bisa mengacu pada pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang melakukan penerapan protokol kesehatan ketat, termasuk tanpa kehadiran penonton untuk mencegah penyebaran COVID-19
"Yang paling ideal tanpa penonton. Jangan sampai PON Papua justru nantinya merugikan banyak orang. Protokol kesehatan juga harus dilakukan secara ketat," kata Hengky kepada ANTARA, Jumat.
"Yang paling utama saat ini adalah menjaga kesehatan atlet. Kami di Pertina DKI juga menerapkan prokes ketat, karena yang saat ini kita hadapi tak terlihat," tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Marciano Norman memastikan PON Papua akan bergulir sesuai jadwal yang telah ditentukan, yakni pada 2-15 Oktober. Namun, belum ada keputusan terkait kehadiran penonton di arena pertandingan.
Marciano menyebut ada sejumlah skenario yang dapat dilakukan, tetapi semuanya bergantung pada situasi penyebaran virus corona di Tanah Air.
Baca juga: Panita jabarkan protokol kesehatan ketat untuk peserta PON XX Papua
Baca juga: Optimis tepat waktu, Dinas PUPR Papua genjot kerjaan infrastruktur PON
Menurut dia, PON Papua berpotensi bergulir tanpa penonton jika mendekati waktu pelaksanaan, kasus COVID-19 belum terkendali.
"Kita melaksanakan PON Papua dalam masa pandemi COVID-19, sehingga kemungkinan pelaksanaannya sendiri masih ada beberapa alternatif," ujar Marciano Norman dalam konferensi pers virtual, Kamis (12/8) kemarin.
"Ini masih memerlukan pertimbangan lain, bisa dengan 50 persen penonton atau bahkan 20 persen penonton. Tapi kalau memang tidak memungkinkan, PON Papua ini akan berjalan tanpa penonton," tambahnya.
Marciano mengatakan pihak penyelenggara bakal menyiapkan beberapa langkah apabila PON Papua tidak memungkinkan dihadiri penonton. Salah satunya, yaitu dengan menunjuk official broadcaster untuk penyiaran pertandingan-pertandingan PON agar dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia lewat layar kaca.
Selain itu, KONI Pusat bersama PB PON Papua dan Kementerian Kesehatan hingga kini masih terus mematangkan “Playbook” atau buku panduan terkait aturan yang dirancang untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 selama pesta nasional empat tahunan itu.
Marciano mengungkapkan buku panduan tersebut masih perlu dimatangkan karena perhatian dalam PON Papua nanti bukan hanya soal mengurangi risiko COVID-19, tetapi juga melindungi peserta dan masyarakat dari penyakit malaria.
Baca juga: PB PON Papua sebut pelaksanaan CdM Meeting III direncanakan virtual
Baca juga: PB PON Papua siapkan kartu pengenal bagi 1.157 wartawan
Baca juga: KONI Pusat sebut mayoritas atlet PON Papua sudah divaksin
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Rr. Cornea Khairany
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).