Menurut Rosan, salah satu kunci Olimpiade Tokyo 2020 bisa terlaksana dengan lancar meski masih dalam ancaman pandemi, yaitu adanya peraturan dan protokol kesehatan yang jelas dan ketat yang berlaku kepada seluruh peserta, atlet, ofisial, hingga panitia yang terlibat dalam pesta olahraga empat tahunan tersebut.
“Banyak sekali yang dapat menjadi pelajaran dari event sebesar ini karena di sana yang pertama kali disampaikan bahwa tidak ada toleransi untuk pelanggaran-pelanggaran dan semua itu dilakukan secara efisien dan peraturan yang jelas,” ungkap Rosan dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Indonesia yakin Kampung Atlet Olimpiade aman dari klaster COVID-19
Rosan mencontohkan sebelum berangkat ke Jepang, seluruh atlet, ofisial dan pelatih harus terlebih dahulu melaporkan rencana kegiatan mereka selama di Tokyo.
Dengan demikian, mereka hanya diperbolehkan keluar beraktivitas sesuai dengan jadwal yang telah dilaporkan dalam rencana kegiatan tersebut.
Demi meminimalisir penularan, interaksi dan aktivitas atlet selama di Tokyo juga dibatasi hanya di seputar tempat penginapan, tempat latihan dan arena pertandingan.
Tak hanya itu, seluruh atlet juga harus menjalani karantina dua pekan di Tanah Air dengan satu pekan terakhir mesti menjalani tes usap PCR setiap harinya. Hasil tes tersebut juga harus dilaporkan ke pemerintah Jepang.
"Ketika tiba di Kampung Atlet harus tes PCR dan uji saliva itu selama tujuh hari berturut-turut. Apabila ada yang positif, langsung dikarantina. Protokol itu sangat jelas,” tuturnya.
Meski protokol kesehatan sudah diterapkan dengan ketat dan disiplin, menurut Rosan, potensi tertular virus corona tetap ada, tetapi tidak sampai menciptakan klaster yang meluas karena panitia juga sudah menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang jelas.
Baca juga: Langgar aturan virus, akreditasi dua atlet Georgia dicabut
Baca juga: Langgar gelembung Olimpiade, atlet Australia diisolasi
“Potensi tertular tetap ada. Di kampung atlet, meski kami tes PCR setiap hari, tapi di setiap pertemuan pagi hari bersama para CdM dilaporkan juga yang tertular di kampung atlet ada berapa,” katanya.
Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu pun berharap apabila Indonesia memang ingin mengikuti jejak Jepang dalam menggulirkan kejuaraan berskala besar maka harus ada protokol kesehatan yang jelas dan terstruktur.
“Kita bisa banyak belajar bagaimana menjalankan event dengan tetap menerapkan prokes ketat, dengan aturan main yang sangat jelas dan sangat terstruktur. Jadi kita pun bisa menjalaninya dengan baik walaupun tidak mudah,” pungkas dia.
Baca juga: Mencermati Tokyo, menatap Papua
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Teguh Handoko
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).