“Kami ingin meletakkan landasan untuk kerja sama ASEAN yang sifatnya ke depan. Untuk mencapai itu, kami harus memperkuat kelembagaan dan berbagai mekanisme kerjanya,” kata Sidharto dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Sidharto menyebut ada beberapa aspek yang ingin diperkuat, seperti meningkatkan sumber daya manusia masyarakat ASEAN, dialog-dialog tentang hak asasi manusia dan kerja sama maritim antar negara-negara anggota.
Dia mencatat bahwa Indonesia selalu menghasilkan kesepakatan atau biasa disebut ASEAN Concord pada setiap keketuaannya di ASEAN. Indonesia sebelumnya telah berperan sebagai ketua pada 1976, 2003, 2011.
Kesepakatan yang dicapai pada keketuaan Indonesia di ASEAN sebelumnya, di antaranya, pembentukan Sekretariat ASEAN, pembahasan Protokol Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), komunitas ASEAN dengan tiga pilar, dan perjanjian perdagangan ekonomi Asia Pasifik (RCEP).
Sementara itu, pembahasan tentang penguatan kelembagaan ASEAN, yang merupakan inisiatif Indonesia, telah dimulai sejak 2022 dengan disahkannya Rekomendasi Satuan Tugas Tingkat Tinggi tentang Visi Komunitas ASEAN Pasca-2025 (HLTF-ACV) untuk Penguatan Kapasitas dan Efektivitas Kelembagaan ASEAN.
Para pemimpin ASEAN juga telah membahas isu tersebut dengan HLTF-ACV pada KTT ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Mei lalu. Para pemimpin ASEAN menegaskan pentingnya memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN agar dapat merespons krisis dan situasi darurat secara tepat waktu.
Dalam keketuaan tahun ini, Indonesia mengusung tema ”ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang bermakna ASEAN penting dan relevan sebagai pusat pertumbuhan dunia.
Ada tiga elemen penting dalam makna ASEAN Matters, yakni penguatan kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN.
Sementara di bawah makna Epicentrum of Growth, Indonesia berupaya mendorong peningkatan kerja sama di ASEAN, khususnya di bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, dan stabilitas keuangan.
KTT ASEAN 2023 di Jakarta tidak hanya dihadiri para pemimpin negara-negara anggota, tetapi juga negara-negara mitra seperti China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Australia dan India.
Sidharto menyebut akan ada 27 pemimpin negara dan atau organisasi internasional yang diperkirakan hadir, termasuk 18 pemimpin negara peserta KTT Asia Timur (EAS), pemimpin Pacific Island Forum (PIF), Perdana Menteri Kanada, dan Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
KTT Asia Timur terdiri dari 18 negara peserta, termasuk 10 negara anggota ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea, Rusia, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Presiden Jokowi akan pimpin 12 pertemuan selama KTT ASEAN di Jakarta
Baca juga: Wakapolda NTT tinjau persiapan kegiatan internasional di Labuan Bajo
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).