Dewan Menteri Pilar Sosial Budaya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyepakati lima dokumen yang pada prinsipnya mendukung tema keketuaan Indonesia tahun ini yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”.
Dokumen yang disepakati dalam Sidang ke-30 Dewan Menteri Pilar Sosial Budaya ASEAN (ASCC) itu akan dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN yang akan berlangsung di Jakarta pada 5-7 September mendatang.
"Kita telah mencapai kemajuan besar dalam memajukan ASEAN yang inklusif, berkelanjutan, dan berpusat pada masyarakat. Tercermin melalui inisiatif-inisiatif yang dilaksanakan pada tahun ini dan dokumen-dokumen hasilnya yang diserahkan untuk diadopsi atau dinotasi pada KTT ASEAN," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan (PMK) RI Muhadjir Effendy, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI pada Rabu.
Lima dokumen yang akan dibawa ke KTT ke-43 ASEAN untuk diadopsi yaitu terkait pembangunan inklusif disabilitas, perubahan iklim, kesetaraan gender dan pembangunan keluarga, pendidikan anak usia dini, serta ketahanan berkelanjutan.
Selain itu, terdapat 21 dokumen pada berbagai isu sosial budaya yang akan dinotasi dalam pertemuan KTT ke-43 ASEAN.
Sidang ke-30 ASCC yang dipimpin oleh Menko PMK RI dan dihadiri oleh para menteri bidang sosial budaya negara-negara anggota ASEAN, Timor-Leste sebagai pengamat, dan Sekretaris Jenderal ASEAN itu juga menegaskan prioritas pembahasan ASEAN Vision 2045 dan dokumen pendukung dari pilar sosial budaya ASEAN.
Dalam keterangan terpisah yang dirilis di situs resmi ASEAN, Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn mendesak ASCC untuk “terus berupaya menuju kawasan yang lebih kuat dan memiliki ketahanan" seiring perhimpunan tersebut memastikan implementasi ASEAN Vision 2025 secara penuh dan efektif dalam perjalanannya menuju visi 2045.
Ia kemudian memuji Indonesia atas kepemimpinannya yang efektif di ASEAN dan berbagai inisiatif ASCC serta dokumen hasil yang akan disahkan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN mendatang.
Menyadari pentingnya peran keluarga, dewan tersebut memuji pengembangan Deklarasi ASEAN tentang Kesetaraan Gender dan Pembangunan Keluarga yang memperjuangkan kemitraan yang adil antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga, menjaga hak-hak perempuan dan potensi penuh mereka dalam masyarakat.
Kebutuhan untuk meningkatkan pengasuhan anak pada tahun-tahun awal kehidupan juga diakui dengan usul dimasukkannya Deklarasi Para Pemimpin ASEAN tentang Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Asia Tenggara untuk diadopsi oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-43. Inisiatif itu merupakan prioritas utama dewan dalam memastikan akses anak-anak terhadap perawatan dan pendidikan anak usia dini yang berkualitas tinggi dan inklusif.
Dewan mengakui pentingnya memiliki lingkungan yang mendukung dan peluang yang adil bagi pembangunan manusia bagi penyandang disabilitas dan memuji pengembangan Deklarasi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan untuk Komunitas ASEAN yang Tangguh.
Dewan memuji pengajuan adopsi Pernyataan Bersama ASEAN tentang Perubahan Iklim pada Konferensi Para Pihak ke-28 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC COP-28) yang menunjukkan komitmen ASEAN terhadap UNFCC dan Perjanjian Paris dalam mengatasi perubahan iklim.
Lebih lanjut, dewan juga memuji perumusan Deklarasi Pemimpin ASEAN tentang Ketahanan Berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dalam manajemen bencana di kawasan Asia Tenggara.
Dalam sidang tersebut, Menteri Solidaritas Sosial dan Inklusi Timor-Leste Veronica das Dores berpartisipasi sebagai pengamat--yang menegaskan kembali dukungan ASEAN terhadap persiapan Timor Leste untuk bergabung.
Baca juga: AP II pastikan KTT ASEAN tak pengaruhi penerbangan di Bandara Soetta
Baca juga: Kementerian Investasi angkat isu keberlanjutan di AIF 2023
Baca juga: DKI batasi mobil barang melintas di empat ruas tol selama KTT ASEAN
Sumber: ANTARA