Menurutnya, ASEAN Strategy for Carbon Neutrality dapat menjadi pintu masuk untuk meningkatkan investasi hijau di negara-negara kawasan ASEAN.
“Perlu komitmen bersama yang kuat untuk mendorong peningkatan investasi hijau secara adil dan merata di kawasan, agar pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif dapat diwujudkan,” kata Zulhas dalam Pertemuan Ke-23 Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AECC) di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Mendag ungkap tiga langkah jaga tren peningkatan perdagangan ASEAN
ASEAN Strategy for Carbon Neutrality bertujuan untuk memanfaatkan sinergi antar anggota, dengan komitmen untuk mengembangkan industri ramah lingkungan, meningkatkan interoperabilitas ASEAN, menerapkan standar yang kredibel secara global, dan membuka peluang ramah lingkungan.
Zulhas menilai perlunya mendorong pembiayaan hijau yang inovatif dengan penyelarasan inisiatif pada Pilar Ekonomi, termasuk pemanfaatan ASEAN Green Fund.
Ia mengungkapkan potensi perekonomian ASEAN yang diprediksi tumbuh stabil pada 2023, dengan moderasi pertumbuhan dari 5,6 persen pada 2022 menjadi 4,7 persen pada 2023 dan 5,0 persen pada 2024.
Baca juga: Luhut tekankan kerja sama pemerintah-swasta tingkatkan potensi ASEAN
Pertumbuhan tersebut didukung oleh penguatan konsumsi rumah tangga domestik, peningkatan perdagangan, serta pemulihan sektor jasa seperti pariwisata.
Namun perekonomian global juga masih mempunyai sejumlah risiko, seperti dampak krisis geopolitik, kebijakan perdagangan yang cenderung proteksionis, inflasi yang tak kunjung usai, perubahan iklim dan lain-lain.
“Saya sepakat dengan pandangan Pimpinan Sidang mengenai perlunya mewaspadai deglobalisasi dan perubahan demografi kawasan,” ujar Zulhas.
Ia memandang ASEAN mempunyai modal yang diperlukan untuk mendorong penguatan arsitektur perdagangan kawasan. Adapun modal-modal tersebut antara lain peningkatan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang tengah berjalan, implementasi penuh RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), dan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).