Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan komitmen Pertamina mendukung upaya transisi energi Indonesia pada Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF) 2023, di Jakarta, Rabu.
"Jadi, kita semua kini menghadapi tantangan yang sama dalam hal iklim. Jadi, saya tidak ingin langsung beralih ke energi terbarukan. Sebelumnya, kita harus memiliki perspektif dan pemahaman yang sama ketika kita berbicara tentang perubahan iklim," kata Nicke.
Menurut dia, yang terpenting bagaimana jalur transisi energi, di mana garis akhirnya adalah net zero emission (NZE).
Ia mengatakan setiap negara mempunyai strategi yang berbeda-beda untuk mencapai NZE, termasuk Indonesia.
"Kita adalah negara berkembang dan kita mempunyai target ambisius untuk meningkatkan PDB kita, mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil seiring dengan tingkat inflasi, sehingga kita membutuhkan energi sebagai katalis untuk pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya.
Namun, di tengah upaya percepatan transisi energi, isu keamanan energi menjadi tantangan.
Hal tersebut disebabkan adanya pandemi COVID-19 hingga kondisi geopolitik di Eropa Timur.
"Apa yang harus kami lakukan sekarang adalah keamanan energi, sehingga perusahaan mempunyai mandat untuk menjaga keamanan energi dan ketahanan energi. Di sisi lain, kami juga harus mendukung target pemerintah untuk mencapai NZE," kata Nicke.
Dalam mendukung upaya tersebut, kata dia lagi, Pertamina juga melakukan beberapa inisiatif seperti dekarbonisasi dari bisnis eksisting dan pengembangan bisnis baru.
Ia mencontohkan Pertamina mengembangkan kilang berkonsep hijau atau green refinery untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
"Jadi, kami bisa meningkatkan dan mempercepat bioenergi," ujar Nicke.
Selain itu, kata dia, Pertamina juga mengembangkan energi yang berasal dari panas bumi atau geothermal.
Pertamina diketahui saat ini berupaya dalam menghasilkan listrik hijau yang berasal dari panas bumi atau geothermal. Saat ini, kapasitasnya mencapai 672 megawatt (MW) yang dikelola perseroan dan 1,2 gigawatt (GW) bersama mitra.
Selanjutnya, Nicke mengatakan Pertamina juga menerapkan carbon capture storage/carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) sebagai upaya dekarbonisasi operasional Pertamina.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi CCUS hingga 400 giga ton.
"kami juga memiliki potensi penyimpanan CO2 sebesar 400 giga ton untuk CCUS," kata dia.
Melalui teknologi CCS/CCUS, Pertamina melakukan injeksi pertama C02 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang, Jawa Barat. Teknologi CCUS merupakan penggerak yang dapat meningkatkan produksi migas melalui CO2-EOR sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.
Baca juga: Pertamina menginisiasi layanan uji emisi gratis di 14 SPBU Jabodetabek
Baca juga: Pertamina jelaskan soal proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 di AIPF 2023
Sumber: ANTARA