"Rencananya ada 50 replika cendrawasih dibawa ke pameran PON Papua di Merauke," kata Tanoy saat ditemui di rumahnya di Desa Waninggap Nanggo, Kecamatan Semangga, Merauke, Papua, Selasa.
Baca juga: BBKSDA Papua ingatkan penggunaan mahkota cenderawasih imitasi
Ia membuat suvenir replika cendrawasih, topi cendrawasih, dan cendrawasih dengan tifa khusus dari sabut kelapa, pelepah daun kelapa dan kayu-kayu sisa sebenarnya sebagai bentuk keprihatinan karena semakin berkurangnya populasi burung endemik Papua yang dilindungi itu di hutan belakang rumahnya.
Menurut dia, penyebab berkurangnya secara drastis cendrawasih di hutan di sana karena perburuan liar yang masih marak terjadi. Nyanyian burung itu semakin sulit terdengar dan perlu waktu berjam-jam menembus hutan untuk menemukan lokasi tempat biasa mereka bertengger.
Baca juga: Panwasrah ungkap skema upacara pembukaan PON Papua
"Uluran tangan pemerintah juga sangat perlu agar menjaga cendrawasih di sana," ujar dia.
Khusus untuk topi cendrawasih, dia berharap setelah ada replikanya, orang tidak lagi memburu burung yang dilindungi itu untuk membuat topi.
Pada momen Pesta Olahraga Nasional XX di Papua yang akan berlangsung pada 2-15 Oktober 2021 nanti, pria kelahiran 47 tahun lalu itu mengatakan, dia mendapat kesempatan memamerkan dan menjual hasil kerajinan yang sudah ditekuni selama enam tahun terakhir.
Baca juga: Peserta PON Papua mulai berdatangan 15 hari jelang pembukaan
Ia menjadi salah satu dari 100 kelompok pengerajin yang akan memamerkan hasil karya seninya di pameran PON Papua di Merauke.
Ia mematok harga Rp300.000 untuk replika topi cendrawasih buatannya. Sedangkan untuk cinderamata cendrawasih yang seperti ukuran aslinya diberi harga Rp250.000, dan khusus cendrawasih dengan tifa dipatok harga Rp500.000.
Baca juga: Saat pembukaan PON 2020, Menpora harapkan tarian seka ditampilkan
Musisi Kaka Slank mengunjungi rumah dia bersama Yayasan EcoNusa mengapresiasi kerajinan replika cendrawasih itu, karena ternyata dengan kreativitas dapat menjadi solusi untuk melindungi keberadaan satwa langka khas Indonesia itu.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ade P Marboen
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).