Guna mewujudkan impiannya, atlet yang kini masih tercatat sebagai siswi kelas 9 SMP Negeri 9 Yogyakarta tersebut sudah berlatih insentif selama dua tahun terakhir.
"Persiapan untuk berlaga di PON sudah dilakukan sekitar dua tahun jika memperhitungkan Pra PON. Tetapi, benar-benar berlatih secara fokus dan intensif sejak enam bulan lalu," katanya.
Baca juga: Atlet sepatu roda belia Yogyakarta optimismis sumbang emas
Pelatihan dijalani bersama rekan-rekan atlet sepatu roda yang juga akan berlaga di PON. DIY mengirimkan lima atlet sepatu roda.
"Terkadang berlatih di Stadion Mandala Krida dan kadang di Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul. Kondisi track di SSA cukup bagus dan sesuai untuk latihan intensif," katanya.
Hanya saja, Aurellia tidak menampik jika terkadang merasa bosan dengan pelatihan yang dijalaninya untuk persiapan berlaga di pesta olahraga terbesar di Indonesia itu.
"Kadang ada rasa malas berlatih. Jadi, diselingi dengan aktivitas lain supaya kembali semangat untuk latihan," katanya.
Kesulitan lain yang dihadapi atlet remaja itu adalah menjaga stamina dan kondisi kesehatan di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini.
"Jaga stamina dan menjaga supaya teknik-teknik yang sudah dikuasai semakin baik. Tidak turun," katanya yang tidak tanggung-tanggung akan turun di lima nomor.
Baca juga: Kakak beradik asal Siak bertekad raih emas di PON Papua
Untuk memberikan suasana seperti kondisi lapangan di Papua, ia pun rela berlatih di siang hari. "Dari informasi, cuaca di venue sepatu roda cukup panas. Jadi, kami biasanya berlatih di siang hari supaya terbiasa," katanya.
Ia bahkan disebut-sebut bisa menjadi kuda hitam atau kejutan tidak terduga di PON Papua yang juga akan menjadi PON pertama atlet asal Kota Yogyakarta itu.
Selain turun di nomor maraton, riley 3 km, dan TTT 10 km, ia juga akan turun di dua nomor individual.
"Target pribadi bisa memperoleh setidaknya satu medali emas. Tetapi di semua nomor saya merasa ada peluang untuk emas. Mudah-mudahan bisa dapat lima (emas)," katanya.
Aurellia sudah mengenal sepatu roda sejak kelas 1 SD. "Awalnya hanya kebetulan saja karena melihat teman main sepatu roda jadi ingin ikut, lalu masuk ke klub dan keterusan sampai sekarang," katanya.
Baginya, sepatu roda bukan hanya olahraga untuk meraih prestasi tetapi dari sepatu roda, ia bisa memiliki banyak teman sehingga olahraga tersebut tetap ia tekuni hingga sekarang.
Baca juga: Aceh targetkan medali cabang sepatu roda di PON Papua
Baca juga: Atlet sepatu roda Papua uji coba arena dan perangkat pertandingan PON
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Fitri Supratiwi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).