KBRN, Jakarta: Aktivis perlindungan anak Junito Drias mengatakan, residu atau ampas dari penyelenggaraan pemilu kerap berdampak pada anak-anak. Junito mengatakan selama ini residu penyelenggaraan pemilu tidak pernah dibereskan oleh pemerintah maupun partai politik.
"Residu politik (sisa kampanye) tidak pernah diberesin, padahal selama kampanye selalu menjelekkan dan puji-puji paslon. Dampaknya pada anak yang belum mengerti, bisa tertanam pada dirinya dan dibawa pada kehidupan sehari-hari," kata Junito Drias yang juga menjabat sebagai Manajer Advokasi dan Pelibatan Eksternal Wahana Visi Indonesia, Senin (27/11/2023).
Berdasarkan pengamatannya, dampak yang paling mudah terlihat pada anak usia remaja sekitar 14-16 tahun. Menurut dia anak-anak pada rentang usia itu suka melakukan perundungan hingga menciptakan konflik dengan teman sebayanya.
"Mereka masih suka menjelekkan hingga muncul perundungan dan menimbulkan konflik antar teman sebaya. Mereka punya pandangan berbeda dari narasi-narasi yang dibuat oleh elit politik," ujarnya.
Sayangnya setelah pemilu selesai residu politiknya tidak ikut diselesaikan. Sehingga para guru menjadi tumpuan untuk mengurusi anak-anak yang terkena perundungan dan persekusi.
Karenanya, Junito menantang para tim yang terlibat pemenangan capres-cawapres, untuk bisa membereskan sisa-sisa kampanye usai pemilu selesai. "Partai politik cenderung, setelah selesai yaudah pulang. Saya usul berani nggak partai politik setelah selesai pemilu maka beresin semuanya," ucap Junito.
Pewarta: Fitratun Komariah
Editor: witokaryono
Sumber: RRI